Gerakan Eforus HKBP yang mengajak jemaatnya berpolitik, mendapat sambutan hangat khususnya dari tokoh-tokoh dan aktifis gerakan seperti Parkindo, GMKI, GAMKI dan lainnya. GMKI Siantar juga hadir di acara Doa Bersama bersama tokoh-tokoh Parkindo dan berbagai LSM. “Kami berharfap Eforus HKBP mau bersama-sama mengajukan RUU Otorita Danau Toba kepada Pemerintah”, pinta Efendy Naibaho sembari menambahkan intervensi politik untuk RUU itu tentubnya tidak mudah namun ketika sudah menjadi undang-undang, intervensi anggarannya dipastikan akan sangat besar.
Efendy Naibaho menyebutkan pengelolaan Danau Toba dengan berbagai aspeknya meliputi rakyat dan ekosistemnya, memerlukan keseriusan dan para kepala daerah di 7 kabutapen yang mengelilingi Danau Toba akan semakin fokus di era pengetatan anggaran sekarang. Bisa juga menyontoh Otorita Batam. Eforus HKBP sendiri dalam akun facebooknya, Rabu (02/04/25) menyebutkan Danau Toba sedang mengerang kesakitan. Kita memperlakukannya seperti “tong sampah raksasa”. Tahun 2016: 1.200 ton ikan mati, 2018: 200 ton ikan mati, dan pada 2020: 100 ton ikan mati. Ini hanya menyebut beberapa masalah saja.
Kita semua, individu (di Bonapasogit dan perantauan), Gereja, Pemerintah, pengusaha dan semua kita harus sungguh-sungguh bertindak bijak agar Danau Toba tetap sungguh amat baik sebagaimana Tuhan kehendaki. Danau Toba bukan hanya sebagai objek pemenuhan keinginan kita, ia berharga di mata Allah yang menciptakannya, ujar Eforus.
Berikan Komentar Anda