Masih kata dr Susanti, Harganas tahun ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada keluarga agar membantu percepatan penurunan stunting. Karena keluarga adalah ekosistem pertama dan utama dalam mengasuh, mendidik, membentuk manusia yang sehat, manusia yang bergizi, dan manusia yang berkualitas, serta dengan meningkatkan peran pemerintah, mitra kerja dan swasta tentang pentingnya penerapan delapan fungsi keluarga kecil bahagia sejahtera.
Kedelapan fungsi keluarga tersebut adalah agama, sosial, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi/pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
Pembangunan keluarga, lanjutnya, diarahkan pada pembangunan ketahanan keluarga itu sendiri, yang nantinya akan menghasilkan kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta kemampuan fisik dan material untuk hidup mandiri. Pembangunan ketahanan keluarga merupakan salah satu upaya pencegahan stunting.
Namun pemerintah tidak dapat bergerak sendiri tanpa dukungan semua pihak, terutama masyarakat Kota Pematang Siantar. Di mana, Kota Pematang Siantar menjadi lokus stunting sejak tahun 2022, dengan prevalensi stunting 15 persen, dan pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 14,3 persen.
Diterangkan dr Susanti, menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Kota Pematang Siantar menjadi urutan keempat terendah tingkat prevalensi stunting di Provinsi Sumut di tahun 2022.
Berikan Komentar Anda