“Mari kita jadikan momentum ini sebagai pengingat diri untuk membina dan menjaga toleransi, sehingga antar umat beragama di Indonesia terutama Sumatera Utara, khususnya Kota Pematangsiantar hidup rukun dan damai,” ujarnya.
Menurut dr Susanti, momentum Waisak sebagai wujud toleransi antar umat beragama yang selama ini terjalin erat di Kota Pematangsiantar.
“Karena itu seluruh umat beragama di Kota Pematangsiantar, khususnya umat Buddha menjadikan perayaan Waisak sebagai momentum merajut kembali rasa persatuan, persaudaraan, dan kerukunan,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Pematangsiantar-Simalungun, Susanto dalam sambutannya mengatakan, merupakan suatu anugerah dr Susanti dan Erizal Ginting dapat menghadiri malam perayaan Waisak.
Waisak tahun ini, menurut Susanto, puncaknya pada 4 Juni 2024.
“Namun sejak Mei dan hingga Juni bisa dilaksanakan perayaan Waisak,” ujarnya, seraya menyampaikan untuk perayaan Waisak tahun ini pihaknya memilih mengadakan doa bersama dan Pradaksina mengelilingi jalan protokol Kota Pematangsiantar.
“Pradaksina bertujuan doa bersama. Kami melakukan perenungan terhadap peristiwa penting sehingga meyakinkan kami terhadap ajaran Buddha semakin kuat dan kokoh. Di samping itu, selain keyakinan kami semakin kuat, kualitas batin pikiran kami semakin meningkat. Semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sukses,” jelas Susanto.
Berikan Komentar Anda