Menurut Chandra, kali ini ada 150 warga kurang mampu yang menerima bantuan kasih.
“Yang hadir 108 orang, 42 orang lagi akan diantarkan langsung ke rumah masing-masing,” tambahnya.
Masih kata Chandra, Imlek bukanlah perayaan agama Buddha, tetapi perayaan etnis Tionghoa. Jadi, penerima bantuan adalah etnis Tionghoa yang berasal dari berbagai agama, baik Buddha, Kristen, Katolik, maupun Islam.
Sementara dr Susanti mengucapkan Selamat Merayakan Imlek kepada etnis Tionghoa. dr Susanti juga menyampaikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada seluruh penyelenggara dan donatur yang telah melaksanakan baksos sebagai rangkaian perayaan Imlek.
Terkait peringkat 11 se-Indonesia serta peringkat 1 di Provinsi Sumut dan Pulau Sumatera sebagai Kota Paling Toleran, dr Susanti mengatakan prestasi tersebut diraih berkat kerja sama semua pihak.
“Salah satu yang mendukungnya adalah kegiatan seperti ini, yang bersifat sosial antar lintas agama dan lintas suku yg diselenggarakan bersama-sama,” terang dr Susanti.
Meski begitu, lanjutnya, tanpa predikat tersebut pun, masyarakat Kota Pematangsiantar tetap toleran dan masyarakatnya memelihara kebersamaan dalam keberagaman.
“Mari kita pelihara toleransi dan kebersamaan. Sehingga tahun depan harapan masuk 5 besar secara nasional bisa tercapai,” ajaknya.
Kepada warga penerima bantuan, dr Susanti mengucapkan semoga dalam keadaan sehat dan bahagia saat merayakan Imlek. Serta bantuan yang diberikan dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikan Komentar Anda