Masih kata dr Susanti, di tahun 2015 Kota Pematang Siantar berada di peringkat lima sebagai kota paling toleran di Indonesia. Dua tahun kemudian, yakni di tahun 2017 berada di peringkat dua, dan tahun 2018, turun ke peringkat tiga.
“Jadi memang Pemerintah Kota Pematang Siantar belum pernah di peringkat pertama,” sebutnya.
Kemudian, sejak 2019 hingga 2022, merosot jauh ke peringkat 51. Nah,di tahun 2023 ini, Pematang Siantar naik ke peringkat 31.
“Kota Pematang Siantar naik 20 poin, dan ini akan terus kita kejar agar peringkatnya semakin baik lagi,” kata dr Susanti seraya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang selama ini telah menjaga toleransi di Kota Pematang Siantar.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pematang Siantar diwakili Rasyid Nasution mengatakan, pihaknya menyampaikan apresiasi kepada IKEIS yang menyelenggarakan jalinan Ukhuwah Islamiah demi ketenteraman dan kerukunan masyarakat Kota Pematang Siantar.
Dalam situasi mewujudkan persaudaraan dalam suasana Idul Fitri, lanjutnya, manusia tidak luput dari rasa bersalah. Sehingga saling memaafkan merupakan hal yang wajib dilakukan untuk menyatakan kebersamaan.
“Mari kita saling buka pintu maaf,” ajak Rasyid.
Sedangkan Ketua IKEIS Pematang Siantar Lisman Saragih mengatakan, begitu besarnya keinginan masyarakat etnis Simalungun untuk mampu berkomunikasi membangun Kota Pematang Siantar.
Berikan Komentar Anda